Jl. A. Yani KM.28,7 Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
(0511) 4707872
admin@foreibanjarbaru.or.id

Peneliti BP2LHK Banjarbaru Transfer Iptek Pengelolaan Lahan Gambut Tanpa Bakar

Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Banjarbaru

Peneliti BP2LHK Banjarbaru Transfer Iptek Pengelolaan Lahan Gambut Tanpa Bakar

Peneliti BP2LHK Banjarbaru Dr. Marinus Kristiadi Harun, S.Hut., M.Si. sebagai narasumber pada pelatihan untuk fasilitator pengelolaan lahan gambut tanpa bakar berbasis sistem agroforestri dan paludikultur di Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung selama tiga hari yakni tanggal 2 – 4 Desember 2021. Difasilitasi oleh Yayasan Lahan Basah (YLBA) bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Selatan. Target ToT adalah 30 peserta yang berasal dari Desa Muara Manopas dan Desa Tarapung Jaya. Training of Trainers Pengelolaan Lahan Gambut Tanpa Bakar ini merupakan upaya penguatan pengetahuan dan ketrampilan kader lokal dalam aspek a) mengenali potensi lahan gambut di desanya masing-masing, (b) menyusun rencana usaha berbasis potensi lokal, (c) identifikasi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi bersama anggota kelompok tani, (d) mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya yang ada secara sinergis dan berwawasan lingkungan.

Lahan gambut di Desa Manopas dan Desa Tarapung Jaya, Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara merupakan lahan gambut yang berfisiografi kubah gambut (peatdome) dengan rata-rata ketebalan gambut mencapai 3 meter lebih. Upaya transfer Iptek pengelolaan lahan gambut tanpa bakar dan minimal olah lahan berbasis sistem pertanian terpadu (terintegrasi) agroforestri dan paludikultur dilakukan untuk mengatasi keterlanjuran budidaya pertanian berupa kebun sawit. Perhatian di sini adalah tanaman sawit yang tumbuh miring yang menyebabkan produktivitas tidak optimal sehingga perlu adanya rekayasa lahan dan masukan (input) unsur hara serta zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh). Hal ini dilakukan agar tanaman sawit yang terlanjur tumbuh miring dan roboh dapat tetap berbuah. Alternatif jenis tanaman tumpangsari perlu dikenalkan kepada petani sawit di lahan gambut agar tercipta kesinambungan pendapatan (jangka pendek-menengah-panjang). Konsep ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dengan tetap menjaga kelestarian lahan gambut.

Kurikulum yang dibuat ada 9 modul pembelajaran yakni: 1) Citra Diri Pemandu (Fasilitator) Sekolah Lapang; 2) Prinsip Dasar Pemandu (Fasilitator) Sekolah Lapang; 3) Karakteristik Lahan Gambut Berbasis Kesatuan Hidrologi Gambut (Ekologi Gambut); 4) Penyiapan lahan tanpa bakar (PLTB); 5) Pupuk organik; 6) Pembuatan media tanam berbasis KALAM (kompos, arang, lindi, abu, mikroba); 7) Pembuatan Biopestisida; 8) Pertanian terpadu; dan 9) Teknologi panen dan pasca panen komoditi lahan gambut. Pelaksanaan ToT dibagi menjadi 2 (dua), yakni: (a) hari I penyampaian teori di kelas, (b) hari II dan hari III pelaksanaan praktek, dan pemaparan rencana tindak lanjut (RTL).

Kegiatan ToT hari pertama dilakukan dengan penyampaian materi: a) pentingnya pengembangan jenis-jenis alternatif yang dapat ditumpangsarikan dengan sawit di lahan gambut; b) pemutaran video; dan c) diskusi.

Kegiatan Sekolah Lapang hari Kedua melakukan praktek berikut: a) membuat bedeng tanam; b) membuat kompos; c) membuat kompos blok; d) membuat arang sekam; dan e) membuat MOL F1 embio.

Sedangkan Kegiatan ToT hari Ketiga melakukan praktek: a) aplikasi media tanam ke bedeng tanam; b) praktek pembuatan zat pengatur tumbuh (ZPT) berbahan air kelapa dan jantung pisang; c) praktek penanaman benih: jagung manis, kangkung cabut, terong, kacang panjang, kacang buncis, ubi kayu dan nanas;  d) membuat MOL air bekas cucian beras; e) membuat dan biakan jamur tricoderma; dan f) praktek pembuatan digester ember tumpuk untuk memperoleh lindi.

Mayoritas masyarakat menyetujui pengembangan demplot nanas dan pembuatan media tanam KALAM sebagai Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari ToT ini. Ciri khas tersendiri dari pelatihan di sini adalah: pembuatan bedeng tanam, aplikasi media tanam (metan) dan ZPT dengan teknik organik dan mineral dressing dengan aplikasi media tanam yang merupakan dasar pertanian tanpa bakar. Diharapkan dengan adanya ToT ini masyarakat setempat dapat membangun usaha tani dengan lebih efisien, berproduktifitas tinggi dan berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, sosial maupun lingkungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *