Jaring Informasi Tentang “Peranan Dan Implementasi Standar Instrumen, Bpplhk Banjarbaru Gelar Fgd
Banjarbaru, 16 Desember 2021. Sebagai upaya untuk mengidentifikasi peran dan implementasi instrumen bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan/ LHK dalam pembangunan LHK di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Balai Litbang LHK Banjarbaru menggelar FGD dengan judul “Identifikasi Peranan dan Implementasi Standar Instrumen Bdang LHK”. Acara dilaksanakan di Aula Balai Litbang LHK Banjarbaru secara faktual dan online melalui zoom meeting. Acara dibuka oleh Plt. Sekretaris Badan Standardisasi Instrumen (BSI) LHK, Dr. Nur Sumedi dan menampilkan Pembicara Kunci Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel yang diwakili oleh I Gede Arya Subakti, S.Hut, M.P., Acara juga dihadiri oleh Kepala Pusat lingkup BSI, Analis Kebijakan Utama BSI, Kepala UPT KLHK Provinsi Kalsel serta Kepala Balai Besar dan Kepala Balai lingkup BSI LHK.
“BSILHK dibentuk untuk mendukung implementasi UU Cipta Kerja (UUCK) yang berkaitan dengan standar,jadi BSI mempunyai tugas koordinasi dan perumusan, pengembangan serta penerapan standard dan penilaian kesesuaian standar instrument di bidang lingkungan hidup dan Kehutanan”, demikian disampaikan oleh Plt. Sekretaris Badan Standarisasi dan Instrumen (BSILHK), Dr. Nur Sumedi dalam arahan dan pembukaan acara FGD secara virtual. Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa FGD ini penting sebagai sarana BSI LHK untuk proaktif berdiskusi dengan pihak-pihak terkait yang sehingga nantinya BSI dapat berperan dalam memadukan dan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam pembangunan LHK. Sebagai informasi, Balai Litbang LHK Banjarbaru nantinya akan bertransformasi menjadi Balai Penerapan Standardisasi dan Instrumen yang wilayah kerjanya meliputi 3 provinsi Kalsel, Kalteng dan Kalbar.
Acara dilanjutkan dengan paparan Pembicara Kunci yaitu Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, yang diwakili oleh I Gede Arya Subakti, S.Hut, M.P dengan judul: “Peningkatan indeks kualitas tutupan lahan melalui Program Revolusi Hijau di Kalsel”. Gede menyampaikan bahwa Pelaksanaan program Revolusi Hijau yang telah berjalan dari 2017-2021, telah secara nyata meningkatkan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) Kalsel. “Apa yg kita lakukan bersama telah menunjukkan hasil yang baik dan semoga bisa membawa pengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup lingkungan hidup dan kehutanan di Kalimantan Selatan”, lanjut Gede. Meskipun demikian, Gede mengharapkan adanya penyesuaian instrumen perhitungan tutupan lahan dan IKTL yang lebih mengakomodir upaya rehabilitasi yang telah dilaksanakan dalam program Revolusi Hijau.
Sementara itu Kepala Balai Litbang LHK Banjarbaru Sujarwo Sujatmoko, S.Hut, MSc. Dalam laporan pembukaannya melaporkan bahwa “FGD ini merupakan rangkaian kegiatan dari identifikasi 3 tim yang kami bentuk yaitu program Pengelolaan Hutan Berkelanjutan difokuskan pada bidang pengelolaan hutan gambut, Program Kualitas Lingkungan Hidup diarahkan pada bidang pengelolaan tambang dan perkebunan, dan Program Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim difokuskan pada bidang kebakaran hutan dan lahan”.
Sesi pemaparan dan diskusi FGD menghadirkan pembicara Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Prov Kalsel Ir. Lisa Suryati, MP., dengan topik “Peranan Laboratorium Lingkungan Hidup dalam Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup di Kalsel”. Pemaparan dilanjutkan Kabid Pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Provinsi Kalsel Sahruddin, SE, dengan topik: “Tantangan dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan pada Tingkat Tapak di Prov. Kalsel”; Pembicara terakhir adalah Guru Besar Fakultas Pertanian ULM Prof. Dr. Ahmad Kurnain yang memaparkan “Peranan dan Implementasi Standar Instrumen Kegiatan Rehabilitasi Lahan Gambut” Paparan dan diskusi dimoderatori oleh Dr. Ir. Yusanto Nugroho, S.Hut, MP.IPP dari Fakultas kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Sesi diskusi dalam FGD berlangsung menarik dengan lontaran sejumlah pertanyaan dari para peneliti yang menjadi Tim Identifikasi Standar BP2LHK Banjarbaru. Peserta mengeksplorasi lebih lanjut terkait kebutuhan, waktu dan standar pelayanan laboratorium lingkungan, koordinasi dalam penanganan karhutla, serta indikator-indikator dalam penyusunan instrumen terkait gambut.
Dalam penutupan acara, Kepala Balai Litbang LHK Banjarbaru dengan menyampaikan arahan kepada ketiga tim untuk memformulasikan lebih jauh hasil FGD menjadi rekomendasi tentang instrument apa saja yang terkait di tiga program utama BSI LHK, serta kebutuhan instrumen yang perlu disusun, potret penerapan standar dilapangan dan serta mana instrument utama yang akan perlu didorong untuk diterapkan. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan diikuti oleh kurang lebih 73 peserta dari ruang zoom dan 50 peserta yang hadir secara faktual. Semoga hasil dari FGD dapat semakin menyempurnakan hasil identifikasi dari tim Balai Litbang LHK Banjarbaru.